PEMILIK HATI
Tentang rintiknya dan pesona cakrawalanya yang entah, tak mampu ku eja.
Telah kuhempaskan rindu yang bergemuruh serupa geletar petir yang bertabuh,
berharap hembusan angin mampu untuk sampaikan keluh.
Kini putik putik kembang nirwana telah jatuh,
luruh di wajah bermandikan peluh,
mendekap bayang ragamu yang pergi menjauh.
"Jangan pergi dariku," cuma itu desir yang ku isyaratkan pada sapa sang bayu.
Aku memutari jejak yang kau tinggalkan di muka tanah basah ketika derasnya hujan kembali datang.
Merajut serpihan kenang untuk kembali kurangkai,
lalu kusimpan di Palung rasa yang terdalam.
"Untukmu duhai pemilik hati," tak terhenti jemari ini menari torehkan tinta aksara sunyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar